Halovv °o°
Salam kenal, aku Monic mahasiswi semester 3 yang berasal dari departemen Pendidikan Sosiologi, salah satu departemen yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta.
Aku bersama teman-temanku belum lama ini telah menyelesaikan kegiatan KKL yang diadakan dari departemen Pendidikan Sosiologi khusus untuk angkatan 2022, yaaa angkatanku sendiri wkwk. For your information KKL itu singkatan dari Kuliah Kerja Lapangan. Ngapain aja si kegiatannya pas KKL? Nah, kegiatannya itu biasanya berupa pengamatan atau observasi, penelitian, kunjungan industri, dan lain-lain yang berhubungan dan sesuai dengan departemen kita. Kalau di departemenku sendiri, kegiatan KKL tahun ini adalah pengamatan atau observasi.
And guest where we go? WE GO TO BALI..... >.<
Tujuan dan tempat kami melangsungkan kegiatan KKL adalah Bali. Pemilihan Bali sebagai tempat melangsungkan KKL ini juga tidak semerta-merta pilihan mutlak dari dosen. Kami mahasiswa Pendidikan Sosiologi angkatan 2022 juga diminta untuk memilih tempat yang akan digunakan sebagai tujuan KKL kami. Dosen pendamping memfasilitasi dan membantu kami dengan memberikan beberapa pilihan daerah atau wilayah yang cocok untuk kami melangsungkan kegiatan KKL. Dan melalui musyawarah mufakat akhirnya terpilihlah Bali sebagai tempat KKL kami.
Dan yupp kami telah menyelesaikan kegiatan KKL kami di Bali. So, aku pingin cerita melalui blog ini, ngapain aja si kegiatan kami di Bali dan kemana aja si wkwkwk. Disimak yaa...
Jadi kami berangkat dari UNY pada hari Senin, 4 Desember 2023. Dengan jam keberangkatan kami menggunakan bus yaitu pada pukul 07.00 WIB.
Karena perjalanan kami ke Bali menggunakan bus akan memakan waktu satu hari dengan melewati tol, jadi ya kegiatan kami cuma tidur, makan, ngemil, karaoke bareng hehehe. Kami melakukan transit yang pertama ketika kami berada di daerah Banyuwangi untuk ishoma, dan setelahnya melanjutkan perjalanan hingga sampai ke Pelabuhan Ketapang. Tetapi sebelum sampai ke Pelabuhan Ketapang kami melakukan transit kedua untuk ishoma di daerah dekat pelabuhan. Lalu kami berangkat ke pelabuhan sekitar pukul 21.00 WIB. Ketika sudah sampai di pelabuhan dan mulai naik ke kapal, ternyata kapal yang kamu tumpangi tidak terlalu ramai malam itu karena di geladak utama hanya diisi oleh sedikit penumpang selain kami. Hampir seluruh rombongan kami memilih untuk naik ke geladak atas untuk melihat pemandangan malam yang ada di Selat Bali. Gelombang laut pada malam itu cukup tenang dengan langit cerah dan bertaburan cukup banyak bintang yang sangat memanjakan mata kami selama berada di kapal. Kami mencapai Pelabuhan Gilimanuk dalam waktu satu jam yaitu sekitar pukul 23.50 WITA karena kapal kami berangkat dari Pelabuhan Ketapang pukul 22.00 WIB , dan kami kembali ke dalam bus untuk segera melanjutkan perjalanan kami ke hotel tempat kami transit selanjutnya. Hari senin yang kami habiskan hanya dengan duduk saja di dalam bus rupanya juga cukup melelahkan dirasa-rasa hehehe….
Okey disini kita akan masuk ke hari kedua perjalanan kami di Bali yaitu pada hari Selasa, 5 Desember 2023. Ternyata hujan mengiringi kami selama perjalanan menuju Hotel Mahajaya yang ada di Denpasar yang dijadikan sebagai tempat kami untuk transit, dan kami sampai di hotel sekitar pukul 03.00 WITA. Setelah check in dan masing-masing dari kami mendapatkan kunci kamar, kami segera pergi ke kamar kami masing-masing yang berkapasitas 4 orang untuk sekedar istirahat sebentar atau langsung mandi. Fast forward aku dengan teman-teman sekamarku sudah selesai mandi dan sudah rapi meski harus grasak grusuk terburu-buru, lalu kami pergi ke ruang makan untuk breakfast. Agenda kami setelah menyelesaikan breakfast adalah mengemasi barang-barang kami dan segera check out dari hotel dan memulai trip perjalanan kami di Bali. Destinasi pertama kami di Bali adalah Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Kami sampai di Desa Adat Tenganan sekitar pukul 08.30 WITA. Disana kami mendapatkan kesempatan untuk menerima materi yang akan diberikan langsung oleh petinggi adat yang ada di Desa Tenganan. Kami dikumpulkan di balai pertemuan untuk mendapatkan materi yang dibawakan oleh Bapak I Putu Wiadnyana. Dari materi yang dipaparkan oleh Pak Putu, cukup membukakan mataku mengenai perspektif yang aku miliki mengenai Bali. Salah satunya adalah ternyata tidak semua penduduk asli Bali memiliki kasta. Yapp…. sistem kasta yang sangat populer dan cukup familiar ketika kita membicarakan tentang Bali. Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan sendiri tidak ada sistem kasta, hal ini terjadi karena ternyata sistem kasta ini adalah hasil dari rezim Kerajaan yang dibawa oleh Kerajaan Majapahit ketika berhasil menaklukan Bali pada abad ke-14. Sedangkan Desa Adat Tenganan sendiri melalui sumber sejarah yang ditemukan sudah ada dan eksis pada abad ke-11. Desa Adat Tenganan ini memiliki sistem kepemimpinan sendiri yang sudah populer dan telah diterapkan sebelum adanya sistem kasta, dan sistem tersebut masih berlaku dan digunakan hingga saat ini.
Setelah sesi materi selesai kami diizinkan untuk mengelilingi dan melihat-lihat desa tersebut, kami diperbolehkan untuk memasuki rumah-rumah penduduk dan berinteraksi secara langsung dengan mereka. Arsitektur dari Desa Adat Tenganan Pegringsingan ini cukup unik dan khas dengan ukiran dan lambang-lambang yang menjadikan rumah-rumah disana terlihat spesial. Banyak masyarakat disana yang menjual dan menyediakan barang-barang kerajinan buatan mereka di depan rumah, sehingga dapat menarik perhatian turis yang berkunjung ke sana. Kerajinan dari Desa Adat Tenganan yang cukup terkenal adalah tenunnya, yaitu kain tenun Gringsing. Kain tersebut merupakan kain khas Desa Adat Tenganan yang proses pembuatannya sendiri memakan waktu yang cukup lama sehingga tidak heran satu lembar kain tenun tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal. Puas berkeliling di Desa Adat Tenganan, kami pergi ke destinasi selanjutnya yaitu Pusat Oleh-Oleh Dewata. Aku lupa tepatnya kapan kami meninggalkan Desa Adat Tenganan tetapi yang jelas kami sampai ke Pusat Oleh-Oleh Dewata sekitar pukul 15.40 WITA. Sampai di Pusat Oleh-Oleh Dewata kami sempat mendapatkan materi mengenai ekonomi kreatif dari pihak Pusat Oleh-Oleh Dewata mengenai bisnis oleh-oleh yang telah mereka jalankan. Setelah menerima materi, kami diizinkan untuk berkeliling, melihat, dan membeli oleh-oleh yang sekiranya ingin kami beli.
Kami juga melakukan kegiatan ishoma di Pusat Oleh-Oleh Dewata. Sesuai dengan waktu yang telah disepakati yaitu pada pukul 18.00 WITA, kami meninggalkan Pusat Oleh-Oleh Dewata untuk selanjutnya pergi ke hotel kami menginap selama di Bali yaitu Hotel Grand Livio. Aku tidak tahu jam pastinya kami tiba di di hotel untuk check in, yang jelas ketika kami tiba di hotel langit sudah cukup malam. Setelah menyelesaikan proses check in dan kami telah mendapatkan kamar kami masing-masing, kami mendapatkan free time. Free time ini aku manfaatkan bersama temanku untuk mencoba kuliner yang ada di sekitar hotel. Kami berniat untuk mencari nasi campur tetapi sejauh kami berjalan hingga foodcourt yang letaknya di ujung jalan kami tidak menemukannya, sehingga kami kembali ke hotel dan menghubungi teman kami lainnya untuk mencari tempat makan lain. Dan berakhir kami makan mie goreng dan nasi goreng 🙂 Kayak gimana ya agak disayangkan gitu lho jauh-jauh ke Bali cuman makan nasi goreng sama mie goreng, ya tapi makanan disekitar hotel juga lumayan mahal. Dan yang aku rasakan ketika pergi makan di pinggir jalan malam itu adalah suasana dan atmosfer di Bali terlebih di sekitar hotel tempatku menginap dengan Jogja tidak terlalu berbeda ketika malam hari. Setelah selesai makan lalu kami kembali ke hotel sekitar pukul 22.50 WITA dan kami kembali ke kamar kami masing-masing untuk istirahat.
Sekarang kita beralih ke hari ketiga yaitu pada hari Rabu, 6 Desember 2023. Pagi itu aku awali dengan bangun kesiangan dengan roomate-ku. Ya gimana yaaa… sudah pasang alarm tapi bangun sebentar buat matiin aja, terus lanjut bobo lagi hehehe. Jadi ya sudah bangun kesiangan sekitar jam 07.00 WITA dan akhirnya terburu-buru untuk bersih-bersih dan ganti baju, tapi belum sempat make up jadinya ya muka masih kelihatan beler dan masih seperti bangun tidur. Akhirnya aku dan roommate-ku memutuskan turun dulu untuk breakfast dan setelah breakfast kami baru make up di bus karena sudah waktunya untuk berangkat juga. Rombongan kami berangkat meninggalkan hotel sekitar pukul 08.30 WITA, cukup molor dari waktu yang ditentukan yang sebelumnya kami harus sudah berangkat pukul 07.30 WITA. Destinasi kami kali ini adalah ke Kantor Bupati Kabupaten Badung, kabupaten yang memiliki pendapatan daerah tertinggi di Provinsi Bali dan mampu menghidupi masyarakatnya ketika Pandemi Covid-19 berlangsung. Kami berkunjung ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang ada di Kabupaten Badung untuk mendapatkan materi yang diberikan oleh Bapak Anak Agung Gede Raka yang merupakan sekretaris dinas pariwisata. Melalui materi yang dipaparkan ada satu hal yang akhirnya membuatku paham mengapa Kabupaten Badung bisa memiliki pendapatan daerah tertinggi di Provinsi Bali, ini disebabkan karena Pemerintah Kabupaten Badung ini sangat memaksimalkan pengembangan pariwisata sebagai sektor yang memiliki pendapat terbesar yang ada di sana. Data industri kepariwisataan Kabupaten Badung ini sendiri terdiri dari 3.351 akomodasi pariwisata, 1.846 restoran, rumah makan, dan bar, 216 rekreasi hiburan umum, dan 39 daya tarik wisata dengan total keseluruhan dari data yang ada maka Kabupaten Badung memiliki industri kepariwisataan sebanyak 5.452. Melalui hal inilah pendapatan daerah Kabupaten Badung sangat tinggi, belum lagi hampir seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Badung bekerja pada sektor pariwisata dan kebanyakan adalah pada bidang jasa.
Setelah menyelesaikan sesi materi lalu kami melanjutkan destinasi wisata selanjutnya yaitu Krisna Sunset Road yang berada di Gianyar, berada di kawasan Air Terjun Blangsinga. Pusat Oleh-Oleh Krisna ini merupakan pusat oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara, dengan suasana yang sejuk karena di sekitar tempatnya sendiri terdapat hamparan sawah yang memanjakan mata. Kami sampai disana untuk ishoma dan juga bila ada yang ingin berbelanja membeli oleh-oleh dipersilahkan dan diberikan waktu. Ketika selesai makan aku bersama beberapa temanku masuk ke dalam toko untuk membeli beberapa oleh-oleh, awalnya di dalam toko sepi dan cukup lenggang namun lama kelamaan tokonya semakin sesak oleh banyak orang karena tidak hanya dari rombongan kami saja yang berkunjung ke sana tetapi juga dari rombongan lain salah satu yang aku ingat adalah rombongan dari program PMM dari Kampus Merdeka yang berasal dari Universitas Insan Budi Utomo Malang. Aku tahu karena beberapa dari mereka mengenakan PDL Kampus Merdeka, dan yaa aku curi-curi pandang untuk membaca bordiran yang ada di PDL tersebut. Karena keadaan toko yang mulai ramai pengunjung setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku segera membayar dan keluar dari toko dengan keadaan sedikit malu. Hal ini karena goodie bag yang diberikan mbak kasir untuk menaruh belanjaan ku ternyata lebih besar dari perkiraanku padahal barang yang dibeli tidak sebanyak itu, dan karena goodie bag yang besar jadi terlihat seolah-olah aku memborong oleh-oleh yang ada di sana. Setelah menyelesaikan kegiatan berbelanja di Krisna Sunset Road, kami melanjutkan perjalanan kami ke destinasi wisata selanjutnya yaitu di Desa Adat Penglipuran. Tempatnya sendiri yang berada di kaki Gunung Batur, menjadikan Desa Adat Penglipuran ini cukup sejuk dan asri. Ketika kami berkunjung kesana bertepatan dengan kegiatan untuk mempersiapkan festival yang akan diadakan pada tanggal 7-9 Desember 2023 dengan tema “Bamboo Paradise”, sehingga banyak masyarakat yang ada di Desa Adat Penglipuran ikut turut ambil bagian dalam mempersiapkan festival. Tata letak rumah-rumah yang ada di Desa Adat Penglipuran tidak jauh berbeda dengan yang ada di Desa Adat Tenganan, yang membedakan adalah di Desa Adat Penglipuran jalannya berupa cor blok dan berundak-undak, sedangkan di Desa Adat Tenganan masih berupa tanah dengan tatanan batu-batuan. Yang unik dari tata letak rumah-rumah yang ada disana adalah dimana atap antara rumah yang satu dengan yang lainnya masih berdempetan atau melekat, hal ini berbeda dengan desain rumah Bali pada umumnya. Hal ini diyakini oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran bahwa atap yang berdempetan dan masuk ke halaman rumah tetangga lainnya adalah bentuk dari bagaimana masyarakat Desa Adat Penglipuran saling mengasihi dan bentuk dari kepedulian. Selain itu juga dalam setiap rumah pasti memiliki pintu yang dapat menghubungkan masing-masing rumah tanpa perlu pergi keluar untuk lewat gerbang depan. Masyarakat disana kebanyakan memanfaatkan sektor pariwisata ini dengan menjual berbagai pernak-pernik dan makanan khas dari desa tersebut salah satunya adalah Loloh Cemcem. Loloh cencem ini dibuat dari daun cemcem yang diambil sarinya untuk dijadikan minuman, dengan khasiat yang “katanya” banyak. Jujur rasanya ketika aku pertama kali mencoba mencicipi itu unik banget tapi juga aneh, rasanya seperti familiar tetapi tidak tahu apa, tapi rasanya kayak minum daun. Rasanya di lidah itu seperti perpaduan antara asin, manis, pedas, asam, dan kecut, pokoknya aneh tapi ya masih bisa ditolerir dan engga seburuk itu.
Puas di Desa Adat Penglipuran, sekitar pukul 17.00 WITA kami kembali melanjutkan perjalanan kami ke destinasi wisata terakhir kami untuk hari itu yaitu makan malam di daerah pantai Jimbaran. Perjalanan yang kami tempuh dari Desa Adat Penglipuran menuju daerah Kuta Selatan membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Dan yap kami tidak mendapatkan sunset ketika sampai di Pantai Jimbaran 🙁 karena kami sampai disana sekitar pukul 19.00 WITA dan matahari sudah tenggelam. Ketika perjalanan ke Pantai Jimbaran kami melewati tol yang cukup unik di Bali, pasalnya tol tersebut dibangun di atas laut dan yang lebih unik lagi adalah di tol tersebut terdapat jalur khusus untuk pengguna sepeda motor. Kami diajak untuk melewati Tol Bali Mandara yang terhubung langsung dengan Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Makan Malam di pinggir pantai dengan view pantai ketika malam hari sambil menikmati hasil laut yang ada di sana sungguh combo yang sangat ngangenin ahahaha…
Dan setelah selesai makan malam kami melanjutkan perjalanan kami ke Hotel untuk selanjutnya istirahat. Sesampainya di hotel kami harus segera packing dan mengemasi barang-barang kami karena besoknya kami akan check out dari hotel di pagi hari. Ternyata lebih capek mengakali bagaimana seluruh oleh-oleh muat dimasukkan ke dalam koper ketika sedang packing daripada menyusun baju ke dalam koper. Setelah selesai packing kami segera bersih-bersih dan segera istirahat.
Dan ya.. langsung lanjut ke hari terakhir kami di Bali yaitu pada hari Kamis, 7 Desember 2023. Pada hari terakhir ini aku dan roomate-ku tidak bangun kesiangan lagi yeaayyy wkwkkwk kami bangun cukup pagi sehingga bisa bersiap-siap dengan cukup santai dan tidak terburu-buru. Selesai bersiap-siap kami segera turun untuk sarapan dan setelah selesai sarapan kami kembali ke kamar untuk mengosongkan kamar dan membawa barang-barang kami turun dan check out. Aku lupa tepatnya jam berapa kita memulai perjalanan terakhir kita, sepertinya sekitar jam 09.00 WITA kami mulai melakukan perjalanan ke destinasi wisata kami hari itu yaitu Joger Luwus. Sesampainya disana ternyata sangat crowded hehehe, bersamaan dengan rombongan lain yang juga ingin berbelanja oleh-oleh di Joger. Ketika disana jujur aku bingung mau beli apa maksudnya ya uangku sudah habis jadi mikir-mikir lagi mau beli oleh-oleh baju atau tas 😕 dan berakhir cuma beli gelang. Selesai berbelanja sesuai dengan waktu yang sudah disepakati kami melanjutkan perjalanan kami ke Danau Bedugul Ulundanu. Perjalanannya cukup jauh ternyata dengan rute jalan yang menanjak, tapi worth it ketika sudah sampai di Danau Bedugul Ulundanu, pemandangan yang ditawarkan cukup indah. Danau yang dikelilingi dengan bukit dan dataran tinggi cuaca yang cerah, rasa lelahnya perjalanan langsung terbayarkan. Kami sampai di Danau Bedugul Ulundanu sekitar pukul 11.30 WITA dan masih memiliki cukup banyak waktu untuk berkeliling dan ishoma disana.
Ketika menunjukan pukul 13.00 WITA kami mulai kembali ke bus kami masing-masing untuk selanjutnya melakukan perjalanan pulang ke Jawa. Ya kegiatan KKL yang singkat namun cukup bermakna, kami sampai ke Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 17.30 WITA dan baru masuk ke kapal sekitar pukul berapa ya aku lupa karena kami delay cukup lama untuk menunggu antrian di pelabuhan. Kapal yang kami tumpangi untuk pulang kemarin cukup ramai bersama dengan beberapa rombongan study tour lainnya, dan ya cukup desak-desakan ketika naik geladak atas. Gelombang laut malam itu cukup terasa dengan cuaca yang bagus tapi malah membuatku cukup mual. Penyeberangan kami memakan waktu satu jam kurang dan ketika kami sampai di Pelabuhan Ketapang dan mulai masuk ke bus kami masing-masing aku memilih untuk tidur. Dan ketika bangun aku tidak tahu kami sudah berada di mana tetapi kita melakukan transit terakhir untuk ishoma sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta kembali. Setelah selesai ishoma, sesuai dengan jam yang telah disepakati kami mulai melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Yogyakarta. Selama perjalanan malam itu aku habiskan untuk tidur karena ternyata cukup capek, dan sepertinya ketika pukul 06.00 WIB kami sudah sampai di Solo, dan sampai di Yogyakarta sekitar pukul 07.20 WIB dan yaa sampai UNY kembali dengan selamat meski jetlag parah hehehe…
Nah itu tadi merupakan pengalamanku mengenai kegiatan KKL yang aku ikuti selama 5 hari 4 malam di Bali, dengan berbagai cerita mengenai keseruanku selama disana. Demikian yang bisa aku sampaikan semoga ini bisa menambah pandangan dan wawasan kalian mengenai Bali dari cerita pengalamanku ini. See yaa….. >.<
Cerita Penjalanan KKL ke Bali
Monica Anggita Djati/22413241030
Pendidikan Sosiologi A
Komentar
Posting Komentar