Langsung ke konten utama

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, Tantangan dan Solusi

 

Ilustrasi peserta didik, sumber foto (@bekicotcupu) by pinterest.com

Kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum pengembangan dari kurikulum 2013, hal ini terjadi akibat banyaknya perubahan yang terjadi selama 3 tahun lalu ketika Covid-19 pertama kali merebak di Indonesia. Dimana proses pembelajaran mulai dialihkan menjadi online di rumah masing-masing dan dengan memanfaatkan teknologi yanga ada, sehingga kurikulum 2013 menjadi kurang efektif untuk diterapkan lagi. Sedangkan kurikulum merdeka menjadi opsi yang cocok digunakan pada pembelajaran online akibat Covid-19, karena kurikulum ini memiliki sistem pembelajaran yang cukup fleksibel.

Kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum dengan kegiatan pembelajaran intrakulikuler yang bermacam-macam untuk pengoptimalan peserta didik. Guru menjadi leluasa di dalam memilih bahan ajar yang cocok dan tepat untuk peserta didik dengan disesuaikan pada kebutuhan belajar dan minat masing-masing peserta didik. Dalam kurikulum merdeka belajar ini penguatan pencapaian profil pelajar Pancasila juga dikembangkan dan disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Namun di dalam kurikulum merdeka belajar tidak menutup kemungkinan bahwa di dalam penerapan kurikulum ini masih belum maksimal karena adanya hambatan yang menjadikan penerapannya kurang maksimal

1.      Kesiapan pendidik yang kurang

Keleluasaan yang diberikan kepada pendidik menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, karena terbiasa menggunakan pendekatan pada proses pembelajaran yang seragam. Di dalam kurikulum merdeka belajar ini guru diminta untuk menjadi kreatif dalam menyampaikan materi didalam menjadi fasilitator dan mentor bagi peserta didik. Namun tidak sedikit guru yang masih melakukan proses pembelajarannya dengan monoton dan kurang memanfaatkan fasilitas yang ada dengan baik.  

2.      Kesiapan peserta didik yang kurang

Selain pendidik, di dalam kurikulum merdeka belajar ini peserta didik juga memiliki tantangan. Dimana mereka yang sebelumnya terbiasa menjadi pendengar ketika proses pembelajaran berlangsung, kini dituntut untuk turut aktif di dalamnya.

3.      Fasilitas yang kurang memadai

Dalam proses pembelajaran juga diperlukan fasilitas yang memadai sebagai media untuk memudahkan proses pembelajaran terlebih lagi di kurikulum merdeka belajar ini. Tetapi tidak jarang guru menjadi kesulitan untuk menyampaikan materi karena kurang atau tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan di seklah tersebut.

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pemerintah untuk mengatasi tantangan yang ada pada kurikulum merdeka belajar, diantara lain adalah

1. Mengadakan pelatihan kepada guru dalam bentuk workshop, seminar, atau kegiatan focus group discussion (FGD) antar guru. Pelatihan seperti ini dapat meningkatkan motivasi guru dalam berkembang dan belajar untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan ke depannya.

2. Memberikan bimbingan kepada peserta didik, hal tersebut perlu dilakukan agar peserta didik dapat terdorong potensi dan kreativitasnya. Sehingga potensi dan kreativitas tersebut nantinya dapat digali, diasah, dan berkembang lebih optimal.

3. Memberikan sarana yang memadai, hal tersebut perlu dilakukan agar di dalam proses pembelajaran menjadi lebih optimal. Sekolah perlu memikirkan dan menyediakan media pembelajaran yang diperlukan dari program pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga dapat diadakan fasilitas tersebut sebelum proses pembelajaran tersebut berlangsung.



Tertanda, 

Monica Anggita Djati (22413241030)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Goes to Bali with Dilogi Friends

  Halovv °o°       Salam kenal, aku Monic mahasiswi semester 3 yang berasal dari departemen Pendidikan Sosiologi, salah satu departemen yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta.       Aku bersama teman-temanku belum lama ini telah menyelesaikan kegiatan KKL yang diadakan dari departemen Pendidikan Sosiologi khusus untuk angkatan 2022, yaaa angkatanku sendiri wkwk. For your information KKL itu singkatan dari Kuliah Kerja Lapangan. Ngapain aja si kegiatannya pas KKL? Nah, kegiatannya itu biasanya berupa pengamatan atau observasi, penelitian, kunjungan industri, dan lain-lain yang berhubungan dan sesuai dengan departemen kita. Kalau di departemenku sendiri, kegiatan KKL tahun ini adalah pengamatan atau observasi.       And guest where we go? WE GO TO BALI..... >.< Tujuan dan tempat kami melangsungkan kegiatan KKL adalah Bali. Pemilihan Bali sebagai tempat melangsungkan KKL ini juga tidak semerta-merta pilihan mutlak dari dosen. Kami mahasiswa Pendidikan Sosiologi angkatan 2022 juga

BULLYING

ULANGAN TENGAH SEMESTER   Nama               : Monica Anggita Djati NIM/Kelas      : 22413241030/MBKM Mata Kuliah    : Masyarakat Resiko Prodi                : S1-Pendidikan Sosiologi      Menurut Bisyafar, Maulana, & Purnama (2023) masyarakat risiko merupakan sebuah keadaan dimana terjadi perubahan yang baru dalam kehidupan yang disebabkan suatu hal yang mana bisa bersifat mengancam dan bersifat kemungkinan. Konsekuensi dalam perubahan ini adalah ketidaktentuan akan ancaman yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Teori masyarakat risiko Beck (dalam Firdaus, Sonia & Aulia, 2023), menyebutkan ada beberapa risiko yang dibedakan menjadi tiga risiko diantaranya adalah risiko ekologis, risiko sosial, dan risiko mental. Menurut Beck, kejadian dari masyarakat risiko merupakan implementasi logika modernitas atau cara berpikir yang didasarkan pada ilmu-ilmu modern.          Maka dari itu penulis memilih fenomena  yang terjadi akhir-akhir ini dalam masyarakat yaitu tindak pembully-an

Tantangan Wirausaha di Abad ke-21

Ilustrasi kewirausahaan, sumber foto (@husnawira77 ) by pinterest.com Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha yang memiliki arti seseorang yang mempunyai ide untuk menyusun, mengembangkan, dan menentukan produk atau jasa baru yang akan dibuat. Sedangkan kewirausahaan merupakan proses seseorang mengelola bisnis tersebut. Sehingga kewirausahaan merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam menciptakan lapangan kerja baru dengan mengembangkan kreativitas dengan inovatif. Menurut Robbing dan Coulter,  kewirausahaan merupakan proses seseorang individu atau kelompok individu dengan menggunakan cara teroganisir dan peluang yang menciptakan nilai untuk tumbuh, memenuhi kebutuhan, dan keinginan dengan inovasi dan keunikan, dan tidak peduli dengan sumber daya yang digunakan. Kewirausahaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang berupa uang dengan membuat sebuah produk atau jasa yang baru dan menarik. Pada abad ke-21 ini kewirausahaan telah berkembang pesat selaras dengan perkembangan teknolog